Oleh: Ahmad Ripai
Pembelajaran
tentang menulis yang dilakukan secara online malam ini sangat spesial karena
langsung disampaikan oleh praktisi di bidang kepenulisan, yaitu Akbar Zainudin.
Akbar Zainudin, MM, MJW adalah seorang penulis buku. Pria kelahiran Banyumas
tahun 1973 telah banyak menulis buku. Pria lulusan Fakultas Ushuluddin Jurusan
Perbandingan Agama UIN Jakarta telah menulis 13 buku. Sebagian besar tema buku
yang ditulis oleh Akbar Zainudin adalah motivasi. Salah satu judul bukunya
adalah Man Jadda Wa Jadda. Buku Man Jadda Wa Jadda ditulis pada tahun 2008 dan
diterbitkan oleh penerbit buku Gramedia. Buku Man Jadda Wa Jadda membuat beliau
keliling ke berbagai provinsi di Indonesia sebagai pembicara. Selain dikenal
sebagai penulis buku, pria yang pernah nyantri di pondok modern Darussalam
Gontor dikenal juga sebagai seorang motivator nasional, mentor menulis, dan life coach.
Penulis
buku “Uktub: Panduan Menulis Buku dalam 180 Hari” yang punya hobi mengajar, menulis, jalan-jalan, dan makan
menyampaikan tips-tips atau langkah-langkah menulis buku dan menerbitkan buku. Pak Akbar, mungkin begitu sapaan beliau,
menyampaikan langkah-langkah menulis buku dengan cara sederhana. Cara tersebut beliau singkat menjadi TOJTRP.
Apa itu TOJTRP?
“T” adalah langkah pertama dari proses
penulisan buku.
Apa itu “T”?
Menurut
penulis buku “Ketika Sukses Berawal Dari Pesantren”, “T” adalah tema. Jadi, langkah
pertama yang harus dilakukan oleh calon-calon penulis – penulis buku atau
apapun – adalah menentukan tema tulisan. Langkah ini sangat penting. Menurut
pria yang memulai karir menulisnya sejak bangku SMA, tema akan menjadi rel yang
mengikat kita dari awal tulisan hingga akhir.
Lalu temanya apa?
Tema bisa
apa saja. Tentukan dan pilih sesuai dengan pasion atau minat yang calon penulis
miliki. Misalnya, tema romantisme, tema pendidikan, tema petulangan, tema
religius, tema motivasi dan masih banyak jenis tema lainnya. Cukup pilih satu
tema yang dikuasai.
Kenapa hanya memilih satu tema?
Sebagai
calon penulis pemula, pemilihan satu tema yang paling dikuasai dan diminati
untuk memudahkan dalam proses penulisan supaya isi tulisan tidak berkembang
kemana-mana. Sebagaimana pak Akbar Zainudin yang memilih tema motivasi untuk
buku-bukunya. Setelah menjadi penulis yang cukup handal, barulah mencoba
tema-tema lain yang akan digarap.
Seorang
peserta penulisan bertanya: ”Assalamualaikum...mohon pencerahannya..apakah kita
harus fokus pada satu TEMA atau boleh berubah..misal tema kita fokus saja tentang
motivasi..pendidikan...sosial dsb..tks.”
Penulis
buku “Man Jadda Wa Jadda” tersebut menjawab: “Ini tentang Branding. Kalau saya
lebih suka satu tema, biar branding kita jelas. Boleh 2-3 tema, tetapi yang
terkait. Kalau kita ingin dilihat sebagai ahli pendidikan, menulislah selalu
tentang pendidikan. Kalau saya, adalah motivasi dan pengembangan diri, maka
hampir semua tulisan saya tentang motivasi dan pengembangan diri.”
Jadi,
fokuslah pada satu tema terlebih dahulu.
Lalu bagaimana mencari dan menentukan tema?
Banyak cara
untuk mencari dan menentukan tema. Cara berikut ini bisa dicoba. Datanglah ke
perpustakaan. Bacalah judul-judul buku yang terpajang di etalase-etalase buku. Atau,
datanglah ke toko-toko buku. Bacalah judul-judul buku yang ada di rak-rak buku.
Cari dan baca buku-buku yang menarik minat. Beli buku-buku tersebut. Siapa
tahu, ide-ide yang ada di buku tersebut sesuai dengan minat dan pasion yang ada
di kepala dan bisa menjadi tema yang akan dikembangkan menjadi buku.
Lalu apalagi?
Ikutilah
komunitas menulis dan sering-seringlah sharing menulis dengan sesama calon
penulis. Siapa tau dari situ muncul tema atau ide yang bisa menjadi bahan
tulisan.
Berikutnya adalah “O”.
“O” adalah langkah kedua dari proses penulisan sebuah
buku.
Apa itu “O”?
“O” adalah outline. Menurut bahasa, pengertian outline adalah kerangka, regangan,
garis besar, atau guratan.
Dari pengertian outline secara bahasa dapat dikatakan bahwa outline
merupakan strategi calon penulis untuk memetakan rencana penulisan yang memuat
garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap. Jadi, outline merupakan
rangkaian ide-ide atau tema-tema yang
disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
Seorang calon penulis atau penulis pemula wajib membuat outline
atau kerangka karangan. Mengapa?
Pak Akbar Zainudin selaku pemateri pada kelas menulis online yang
dikelola Om Jay mengatakan bahwa membuat outline itu sangat penting dan bermanfaat.
Ada 4 manfaat yang disampaikan oleh pemateri, yaitu:
- Ø
Agar tulisan kita terarah.
- Ø
Bisa buat jadwal dan target.
- Ø
Menghindari "ngeblank" pada saat menulis.
- Ø
Agar bukunya selesai.
Pak Akbar
menyampaikan manfaat outline dengan bahasa yang sangat simpel dan jelas
sehingga mudah dicerna dan dipahami. Manfaat pertama, agar tulisan kita
terarah. Dengan adanya outline, seorang calon penulis dapat membuat kerangka
tulisan atau garis-garis besar dari buku atau apa pun jenis tulisan yang akan
ditulisnya. Misalnya, seorang calon penulis dapat memetakan kira-kira bab satu
tentang apa dan bab 2 terdiri dari materi apa saja, bab dua tentang apa dan bab
dua terdiri dari apa saja. Begitu seterusnya. Sampai semua bab yang akan
digarap terpetakan.
Berikut
ini contoh outline dari buku yang akan saya tulis:
Manfaat
kedua, bisa buat jadwal dan target. Dengan adanya outline, seorang calon
penulis bisa membuat jadwal dan target. kira-kira bab satu dari calon bukunya
akan diselesaikan dalam berapa hari atau berapa minggu. Bab 2 juga sama.
Kira-kira berapa lam bab 2 akan diselesaikan. Dibuat jadwal dan target sampai
bab terakhir. Kira-kira berapa lama semua bab akan selesai. Ada jadwal. Ada target.
dan, semuanya harus konsisten dilakukan.
Manfaat
ketiga, menghindari “ngeblank” pada saat menulis. “ngeblank”. Ga ada ide. Mentok.
Buntu. Bisa jadi, kata-kata tersebut adalah musuh hampir semua penulis. Apalagi,
ketika buku atau tulisan yang sedang digarap mendekati deadline. Mungkin bisa
membuat stress. Untuk penulis yang sudah berpengalaman, rasa “ngeblank”, ga ada
ide, mentok, buntu, mungkin bisa segera diatasi. Lain halnya dengan calon
penulis atau penulis pemula, perasaan “ngeblank” mungkin bisa berlarut-larut. Dan,
ini berbahaya, karena bisa menurunkan mood atau semangat menulis. Itulah gunanya
outline, untuk menghindari “ngeblank” atau ga ada ide.
Manfaat keempat,
agar bukunya cepat selesai. Dengan adanya outline, maka tulisan menjadi lebih
terarah. Menulis sesuai jadwal dan target sehingga rasa “ngeblank” atau ga ada
ide bisa dihindari. So pasti, buku yang sedang digarap menjadi cepat selesai.
“Kalau
tidak ada daftar isi, akan sulit bukunya bisa selesai”, begitu menurut Pak
Akbar Zainudin.
Setelah “O” apa?
Setelah “O “ adalah “J”.
Apa itu “J”?
“J” adalah
jadwal.
Langkah
ketiga adalah J. Pak Akbar mengatakan seorang calon penulis atau penulis pemula
wajib membuat jadwal penulisan. Dengan membuat jadwal, maka seorang calon
penulis atau penulis pemula menjadi mudah untuk mengontrol dan mengevaluasi hasil
tulisan sehingga tulisan atau buku yang sedang digarap menjadi cepat selesai.
Rilnya seperti
apa?
Misalnya,
sesuai dengan daftar isi yang sudah dibuat, ada 30 judul artikel atau plot
cerita, mulailah membuat jadwal secara riil.
- Ø Artikel 1, 1 minggu selesai.
- Ø Artikel 2, 1 minggu selesai.
- Ø Artikel 3, 1 minggu selesai
- Ø Dst.
Jika jadwal
tersebut dilakukan secara konsisten, maka dalam waktu 30 minggu tulisan atau
buku itu akan selesai.
Nah,
untuk menyelesaikan 1 artikel tersebut dalam 1 minggu, pilihlah waktu waktu
terbaik dalam 1 minggu tersebut. Misalnya, setelah sholat tahajud, setelah
sholat shubuh, sore, atau menjelang tidur. Pilihlah waktu waktu terbaik untuk
menulis.
Menulis
memang membutuhkan waktu. Seorang penulis membutuhkan waktu yang tepat untuk
dapat dengan lancar dan tanpa hambatan menulis dan mengembangkan ide-idenya.
Karena menulis itu membutuhkan ketenangan pikiran. Dan, waktu bagi setiap
penulis itu berbeda-beda. Seorang mantan redaktur Jawa Pos pernah mengatakan
bahwa menulis di sepertiga malam adalah waktu yang tepat untuk menulis. Menurutnya,
menulis di sepertiga malam membuat pikiran dan gagasan meluncur dengan deras
sederas air yang mengalir tanpa hambatan.
Langkah keempat adalah “T”.
Apa itu “T”?
“T” adalah Tuliskan. Outline sudah
ada, jadwal juga sudah ada. Berikutnya adalah tuliskan sesuai outline dan
jadwalnya. Di sini, disiplin diri dan komitmen yang akan menentukan apakah
tulisan kita akan selesai atau tidak. Tulis dan selesaikan semua judul artikel
terlebih dahulu. Jangan terpaku untuk satu tulisan sampai sempurna.
Renungkan kata-kata Miftachul Huda dalam
bukunya Self Publishing Kupas Tuntas
Rahasia Menerbitkan Buku Sendiri berikut ini:
“Menulislah secara bebas, tentang apa saja.
Biarkan kata demi kata mengalir. Jangan hakimi tentang kalimat yang anda buat
sendiri. Wah, kok jelek ya, kok tidak bagus kayak tulisanya Goenawan Mohamad,
apa bisa ini nanti dumuat di Koran, paham gak ya nanti orang membaca tulisan
saya? Buang jauh-jauh pertanyaan-pertanyaan yang menghakimi seperti itu.
Bebaskan pikiran-pikiran anda dari ketakutan-ketakutan bahwa tulisan anda
jelek. Kalau anda berhasil mengusir ketakutan-ketakutan semacam itu, anda akan
merasa nikmat karena memperoleh kemerdekaan yang sesungguhnya”.
Jadi, tidak perlu takut tidak bisa menulis.
Asal ada kemauan, menulis itu menjadi mudah.
Seorang peserta
menulis dari Gajrug, Lebak Banten mengajukan pertanyaan: bagaimana cara membuat
tulisan yang menarik? karena saya sudah coba beberapa kali menulis, rasanya
sangat sulit pak. Tidak seperti bapak atau om jay yg menulis itu udah ngalirrr.
Dan selalu kerenn hasilnya. Jd ngilerrrr..
Pak Akbar
Zainudin memberikan tipsnya. Kalau mau tulisannya menarik, jangan dibuat
mendorong. Semua adalah tentang jam terbang dan latihan terus menerus.
Langkah kelima adalah R, REVISI.
Menurut
Pak Akbar, revisilah tulisan kalau semua draft tulisan sudah selesai. Jangan
terpaku hanya satu judul sampai sempurna. Kalau kurang-kurang sedikit, tidak
apa-apa. Tahap pertama adalah menyelesaikan semua draft buku. Tahap kedua, baru
revisi. Apa saja yang direvisi?
- Ø Data dan informasi yang kurang.
- Ø Tata Bahasa
- Ø Gaya Tulisan. Disamakan dari awal hingga akhir.
- Ø Judul-judul artikel. Buatlah judul-judul yang menarik.
Ingat
baik-baik. Jangan terpaku dengan satu judul artikel sampai sempurna. Selesaikan
saja semua draft bukunya, apapun bentuknya. Setelah draft selesai, baru
direvisi.
Langkah keenam adalah kirim ke penerbit.
Kalau semua
langkah sudah dilakukan dan buku sudah jadi. Kirim buku tersebut ke penerbit. Nah,
Apa yang menjadi pertimbangan penerbit?
Pertama,
yang menjadi pertimbangan penerbit adalah apakah bukunya laku atau tidak. Ini menyangkut
kebutuhan masyarakat pembaca. Apakah pembaca butuh buku kita? Siapa yang butuh?
Berapa banyak orang yang butuh? Buku
kita menjawab kebutuhan apa? Semakin besar kebutuhan masyarakat akan buku kita,
maka peluang diterbitkan semakin besar. Karena itu, sebagai penulis kita mesti
memahami buku kita siapa yang akan beli, dan siapa yang kira-kira akan baca.
Kedua adalah
apa yang bisa membedakan buku kita dari buku sejenis. Apa kelebihan kita
dibandingkan dengan buku sejenis? Kita harus mampu menjawab pertanyaan ini.
Karena hal itu yang akan menjadi pertanyaan dan juga pertimbangan penerbit.
Apakah perlu membayar kepada penerbit?
Kita
tidak perlu membayar ke penerbit. Bahkan kita mendapatkan uang ROYALTI. Rata-rata
royalti adalah 10% dari buku yang terjual.
Bagaimana cara mengirim naskah?
- Ø Naskah harus sudah jadi.
- Ø Diprint, dikirim dengan hard copy dan soft copy dalam
bentuk CD atau Flash Disk
Berapa lama kabar naskah diterima atau ditolak?
Kabar
diterima atau tidak sekitar 3 bulan.
Demikianlah
langkah-langkah menulis buku menurut penulis buku “Man Jadda Wa Jadda”.
Salah satu
peserta menulis online asuhan Oom Jay menyampaikan pengalamannya terkait dengan
langkah-langkah menulis buku. Peserta menulis tersebut menyampaikan prosesnya
dalam membuat sebuah komik. Prosesnya seperti ini:
- Ø Tema
- Ø Tokoh
- Ø Chapter
- Ø Tulis cerita
- Ø Story board
- Ø Gambar
- Ø Lay out
- Ø Colouring
- Ø Revisi
- Ø Penerbit
Semoga
bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment