Membaca kompas tanggal 28
November 2013, ada perasaan terenyuh dan bahagia ketika membaca artikel Anies
Baswedan, Rektor Universitas Paramadina.
Judul di atas adalah judul artikel Anies Baswedan:
“VIP-kan Guru-guru Kita”.
Artikel diawali dengan kalimat
pertanyaan yang sangat terkenal dan menggugah bagi bangsa yang ingin maju dan
besar. Pertanyaan tersebut berasal dari Kaisar Jepang sesudah bom atom
dijatuhkan di tanah jepang.
“Berapa jumlah guru yang masih
hidup?”.
Dalam artikelnya, Rektor
Paramadina itu menulis bahwa pemimpin “Negeri Sakura” itu memikirkan pendidikan
sebagai soal amat mendasar untuk bangkit, menang dan kuat. Kaisar sadar bukan alam yang membuat Jepang
menjadi kuat, melainkan kualitas manusianya.
Indonesia, tentu, ingin menjadi
bangsa yang kuat dan besar, maka tingkatkan kualitas manusianya. Prioritaskan
pendidikan! Apabila ada penggantian-penggantian kurikulum, maka kurikulum
tersebut harus mampu memberikan solusi pada peningkatan kualitas manusia.
Dari informasi yang dimuat pada
artikel tersebut bahwa kuantitas penduduk Indonesia di urutan keempat, tetapi
dari segi kualitas di urutan ke-124 dari 187 negara. Kita harus terus
bercermin!
Kita sebagai guru juga harus
terus meningkatkan kualitas diri. Anies Baswedan menyatakan bahwa Guru menjadi
kunci utama kualitas pendidikan. Guru merupakan ujung tombak. Kurikulum boleh
sangat bagus, tetapi bakal mubazir andai disampaikan oleh guru yang diimpit
sederetan masalah. Tanpa penyelesaian masalah-masalah seputar guru, kurikulum
nyaris tak ada artinya.
“Guru harus sadar diri!”,
demikian tulis Rektor Paramadina, “Guru pegang peran besar, mendasar, dan
jangka panjang. Jika seseorang tak mau menjadi pendidik yang baik, labih baik
berhenti menjadi guru”.
Ada tiga persoalan besar mengenai
guru, menurut Rektor Paramadina tersebut; pertama, distribusi penempatn guru
tidak merata. Kedua, kualitas guru yang tidak merata. Ketiga, kesejahteraan
guru tidak memadai.
Sebagai guru, artikel tersebut
merupakan kritik yang sangat membangun. Sebagai guru saya harus sadar diri!
Sebagai guru saya adalah ujung tombak kualitas pendidikan.
Sebagai guru, saya sangat bahagia
ketika membaca kalimat-kalimat Anies Baswedan selanjutnya pada artikel tersebut.
Rektor Paramadina mengajak semua elemen bangsa membangun kesadaran kolosal
untuk menghormati –tinggi-kan guru. Rektor tersebut juga mengajak semua elemen
bangsa untuk mem-VIP-kan guru guru dalam semua urusan.
Anies baswedan dalam artikelnya
mengajukan dua ide sederhana menunjukan rasa hormat kepada guru: jalur negara
dan jalur gerakan masyarakat. Pertama, negara harus memberikan jaminan
kesehatan bagi guru dan keluarganya, tanpa kecuali. Kedua, negara menyediakan
jaminan pendidikan bagi anak-anak guru.
Di jalur masyarakat, Gerakan
Hormat Guru harus dimulai secara kolosal. Misalnya, para pilot dan awak
pesawat, gurulah yang menjadikanmu bisa “terbang”, sambutlah mereka sebagai
penumpang VIP di pesawatmu, undang mereka boarding lebih awal. Contoh lain dari
Gerakan Hormat Guru dapat dibaca lengkap pada artikel kompas tanggal 28
November 2013.
sebagai guru, kita juga harus
sadar dan teguhkan diri sebagai pembentuk masa depan Indonesia. Jadilah guru
yang inspiratif, guru yang dicintai semua anak didiknya.
Mudah-mudahan ide-ide Anies
Baswedan tentang VIP-kan guru-guru kita menjadi kenyataan. Siapapun Presidennya
pada 2014 nanti. Jadikan kami sebangsa
dan hormat pada guru!