Menurut Safir Senduk, seorang perencana keuangan, mengelola keuangan keluarga gampang-gampang susah. Gampang kalau pendapatan kita tak terbatas dan susah kalau untuk hidup sehari-hari saja rasanya kurang. Lepas dari gampang atau susah, keuangan keluarga harus dikelola dengan benar, kalau tidak mau terjebak dalam pelbagai kesulitan. Terlebih di masa-masa sulit seperti ini. (dikutip dari INTISARI edisi khusus, Family Financial Planning)
Ya, kita semua termasuk anda harus pintar mengelola keuangan keluarga. Apalagi pada situasi sulit seperti ini dimana harga-harga kebutuhan pokok semakin meningkat dan pendapatan/gaji tidak mengalami peningkatan secara signifikan.
Anda tentu pernah membaca berita-berita seperti ini:
“Ketua Umum Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia Adiwisoko Kasman mengatakan, harga minyak goreng dari pabrik atau produsen pecan ini Rp.12.000 per KG.
Namun di pasar Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, harga minyak goreng curah, selasa, mencapai Rp.16.000 per Kg.
Di Jakarta sehari sebelumnya harga minyak goreng Rp.13.000 per Kg, kini Rp.14.000 per Kg di tingkat konsumen. Di Banten harga minyak goreng bahkan sudah Rp.15.000 per Kg. Tingginya harga juga terjadi di Jawa Barat. Sementara itu, di Palembang sudah lima hari pasokan tersendat. (Kompas, 5 Maret 2008. Hal.15)”
“Perajin tahu terpukul, harga minyak kelapa ikut naik menjadi Rp.16.000 per Kg. (Sumedang, Kompas, 6 Maret 2008. Hal.22)”
“7.250 penjual mi pailit, harga tepung terigu dan minyak goreng tidak terkendali. (Jakarta, Kompas, 6 Maret 2008, hal.25)”
“Lonjakan harga, pedagang mi ayam pun terpaksa ‘ngutang’ dulu” (Kompas, 10 Maret 2008)
“Melonjaknya harga minyak goreng membuat produsen kerupuk rumahan di Serang, Banten, mulai terpuruk dan terlilit utang. Mereka terpaksa mengambil bahan baku dengan cara berutang karena kehabisan modal. Sementara itu ibu rumah tangga bingung menyiasati minyak goreng.”(Jakarta, Kompas, 10 Maret 2008. Hal.26)
Potongan-potongan berita tersebut menjadi bukti bahwa harga-harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan.
Mau bilang apa?
Harga-harga kebutuhan pokok memang naik!
Dan mau bilang apa lagi, kalau pendapatan/gaji tidak mengalami kenaikan yang berarti!
Maka dari itu, kita termasuk anda harus pintar mengelola keuangan keluarga.
Safir Senduk dalam tulisannya “Jadikan Uang Bekerja Untuk Kita” (Intisari Edisi Khusus, Family Financial Planning. Hal.8-9) mengatakan bahwa kita, termasuk anda harus hemat, tapi jangan pelit. Harus dibedakan antara hemat yang pelit, dengan hemat yang kreatif. Hemat pelit misalnya hemat yang dilakukan dengan cara memaksa, tidak masuk akal. Sebagai contoh; seseorang tinggal sekitar 10 km dari rumah ke kantornya. Hanya karena ingin hemat, dia berjalan kaki. Padahal dia punya uang untuk membayar ongkos transportasi umum. Jadi, pengertian hemat harus diluruskan : Hemat bukan berarti pelit, tapi kreatif!
Kita, termasuk anda harus merinci pos-pos pengeluaran setiap bulannya. Safir Senduk menyarankan untuk mengelompokkan pengeluaran menjadi empat pos (1) Pos pengeluaran biaya hidup, (2) Pos pengeluaran yang berkaitan dengan pembayaran cicilan utang, (3) Pos pengeluaran yang berkaitan dengan premi asuransi, (4) Pos pengeluaran yang berkaitan dengan setoran tabungan.
Dari keempat pos tersebut lakukan skala prioritas. Safir Senduk menyarankan, pertama, prioritaskan pembayaran cicilan utang. Kedua, setoran tabungan. Ketiga, premi asuransi. Keempat, biaya hidup.
Saran-saran tersebut adalah salah satu cara untuk mengelola keuangan keluarga. Intinya lakukanlah skala prioritas dan menabunglah di awal bulan!
Menurut Ahmad Gozali, seorang konsultan keuangan di Jakarta, dengan bertambahnya pengeluaran, berarti terjadi ketidakseimbangan. Kalau ketidakseimbangan terjadi, rumus menghadapinya yaitu mengurangi pengeluaran atau menambah pemasukan.
Ya, kurangi pengeluaran, supaya pengeluaran lebih kecil dari penghasilan agar tidak terjadi defisit. Kalau sulit, tambah penghasilan!
Bagaimana caranya?
Pertama, lakukan investasi.
Tabungan, deposito, valas, reksadana termasuk jenis-jenis investasi. Pelajarilah sebelum berinvestasi.
Kedua, jadikan hobby sebagai lading untuk menambah pemasukan.
Kalau hobi anda adalah menulis. Buatlah sebanyak mungkin tulisan dan kirimkan ke media massa atau buatlah buku. Kalau anda ingin bisa menulis dan membuat buku, klik www.naskahoke.com/e-mbig/?id=arfino
Ketiga, wirausaha.
Sebagai contoh: manfaatkan HP anda untuk berjualan pulsa elektrik. Apabila anda berminat, klik saja www.m-pulsa.biz/arficell
Keempat. Browse internet.
Di internet banyak sekali info untuk menambah penghasilan tanpa harus keluar modal banyak. Salah satu caranya adalah dengan membuat blog dan blog tersebut didaftarkan ke google adsense. Yang paling mudah adalah dengan ikut program afiliasi. Klik saja www.clixsense.com/?2370353
Selamat mencoba! Semoga berhasil!
Ya, kita semua termasuk anda harus pintar mengelola keuangan keluarga. Apalagi pada situasi sulit seperti ini dimana harga-harga kebutuhan pokok semakin meningkat dan pendapatan/gaji tidak mengalami peningkatan secara signifikan.
Anda tentu pernah membaca berita-berita seperti ini:
“Ketua Umum Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia Adiwisoko Kasman mengatakan, harga minyak goreng dari pabrik atau produsen pecan ini Rp.12.000 per KG.
Namun di pasar Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, harga minyak goreng curah, selasa, mencapai Rp.16.000 per Kg.
Di Jakarta sehari sebelumnya harga minyak goreng Rp.13.000 per Kg, kini Rp.14.000 per Kg di tingkat konsumen. Di Banten harga minyak goreng bahkan sudah Rp.15.000 per Kg. Tingginya harga juga terjadi di Jawa Barat. Sementara itu, di Palembang sudah lima hari pasokan tersendat. (Kompas, 5 Maret 2008. Hal.15)”
“Perajin tahu terpukul, harga minyak kelapa ikut naik menjadi Rp.16.000 per Kg. (Sumedang, Kompas, 6 Maret 2008. Hal.22)”
“7.250 penjual mi pailit, harga tepung terigu dan minyak goreng tidak terkendali. (Jakarta, Kompas, 6 Maret 2008, hal.25)”
“Lonjakan harga, pedagang mi ayam pun terpaksa ‘ngutang’ dulu” (Kompas, 10 Maret 2008)
“Melonjaknya harga minyak goreng membuat produsen kerupuk rumahan di Serang, Banten, mulai terpuruk dan terlilit utang. Mereka terpaksa mengambil bahan baku dengan cara berutang karena kehabisan modal. Sementara itu ibu rumah tangga bingung menyiasati minyak goreng.”(Jakarta, Kompas, 10 Maret 2008. Hal.26)
Potongan-potongan berita tersebut menjadi bukti bahwa harga-harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan.
Mau bilang apa?
Harga-harga kebutuhan pokok memang naik!
Dan mau bilang apa lagi, kalau pendapatan/gaji tidak mengalami kenaikan yang berarti!
Maka dari itu, kita termasuk anda harus pintar mengelola keuangan keluarga.
Safir Senduk dalam tulisannya “Jadikan Uang Bekerja Untuk Kita” (Intisari Edisi Khusus, Family Financial Planning. Hal.8-9) mengatakan bahwa kita, termasuk anda harus hemat, tapi jangan pelit. Harus dibedakan antara hemat yang pelit, dengan hemat yang kreatif. Hemat pelit misalnya hemat yang dilakukan dengan cara memaksa, tidak masuk akal. Sebagai contoh; seseorang tinggal sekitar 10 km dari rumah ke kantornya. Hanya karena ingin hemat, dia berjalan kaki. Padahal dia punya uang untuk membayar ongkos transportasi umum. Jadi, pengertian hemat harus diluruskan : Hemat bukan berarti pelit, tapi kreatif!
Kita, termasuk anda harus merinci pos-pos pengeluaran setiap bulannya. Safir Senduk menyarankan untuk mengelompokkan pengeluaran menjadi empat pos (1) Pos pengeluaran biaya hidup, (2) Pos pengeluaran yang berkaitan dengan pembayaran cicilan utang, (3) Pos pengeluaran yang berkaitan dengan premi asuransi, (4) Pos pengeluaran yang berkaitan dengan setoran tabungan.
Dari keempat pos tersebut lakukan skala prioritas. Safir Senduk menyarankan, pertama, prioritaskan pembayaran cicilan utang. Kedua, setoran tabungan. Ketiga, premi asuransi. Keempat, biaya hidup.
Saran-saran tersebut adalah salah satu cara untuk mengelola keuangan keluarga. Intinya lakukanlah skala prioritas dan menabunglah di awal bulan!
Menurut Ahmad Gozali, seorang konsultan keuangan di Jakarta, dengan bertambahnya pengeluaran, berarti terjadi ketidakseimbangan. Kalau ketidakseimbangan terjadi, rumus menghadapinya yaitu mengurangi pengeluaran atau menambah pemasukan.
Ya, kurangi pengeluaran, supaya pengeluaran lebih kecil dari penghasilan agar tidak terjadi defisit. Kalau sulit, tambah penghasilan!
Bagaimana caranya?
Pertama, lakukan investasi.
Tabungan, deposito, valas, reksadana termasuk jenis-jenis investasi. Pelajarilah sebelum berinvestasi.
Kedua, jadikan hobby sebagai lading untuk menambah pemasukan.
Kalau hobi anda adalah menulis. Buatlah sebanyak mungkin tulisan dan kirimkan ke media massa atau buatlah buku. Kalau anda ingin bisa menulis dan membuat buku, klik www.naskahoke.com/e-mbig/?id=arfino
Ketiga, wirausaha.
Sebagai contoh: manfaatkan HP anda untuk berjualan pulsa elektrik. Apabila anda berminat, klik saja www.m-pulsa.biz/arficell
Keempat. Browse internet.
Di internet banyak sekali info untuk menambah penghasilan tanpa harus keluar modal banyak. Salah satu caranya adalah dengan membuat blog dan blog tersebut didaftarkan ke google adsense. Yang paling mudah adalah dengan ikut program afiliasi. Klik saja www.clixsense.com/?2370353
Selamat mencoba! Semoga berhasil!