Menurut Dwi Rahdiyanta dalam
tulisannya berjudul “Teknik Penyusunan modul”, Modul merupakan salah satu
bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat
pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik
menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul
minimal memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi.
Adapun tujuan penulisan modul yakni:
- Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.
- Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa atau peserta diklat maupun guru/instruktur.
- Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti :
- a. Meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi siswa atau peserta dikla
- b. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya,
- Memungkinkan siswa atau peserta diklat belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.
- Memungkinkan siswa atau peserta diklat dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.
Karakteristik Modul
Modul yang baik mampu meningkatkan
motivasi belajar. Oleh karena itu modul harus dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik yang diperlukan sebagai modul, yaitu:
- Self instructional. Modul yang memiliki karakteristik “self instruction” memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain.
- Self Contained. Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh.
- Stand alone (berdiri sendiri). Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/media lain.
- Adaptif. Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes digunakan di berbagai perangkat keras (hardware).
- User friendly. Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan, merupakan salah satu bentuk user friendly.
Sumber: dirangkum dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/dr-dwi-rahdiyanta-mpd/20-teknik-penyusunan-modul.pdf