Malam merambat pelan, seperti enggan berganti pagi. Namun, cahaya begitu benderang. Bulan sedang purnama. Bintang-bintang bertaburan, cahayanya berpendaran. Malam begitu indah. Namun, tampaknya tidak seindah hati wisnu. Sudah sejam laki-laki itu memandang lautan dari jendela apartemennya, sambil sesekali menghisap Monte Cristo, cerutu kegemarannya yang buatan Kuba. Cerutu tersebut pemberian Arsih. Arsih membeli cerutu tersebut di terminal ‘D’ kedatangan Bandara Soekarno Hatta dua minggu yang lalu sekembalinya dari negeri Paman Sam.
Lautan seperti tak bertepi, begitu luas. Ia hanya melihat deburan-deburan ombak yang begitu liar menghantam batu-batu karang. Tingkah polah lautan dengan ombaknya yang liar seperti menggambarkan suasana hatinya yang saat ini sedang berkecamuk, tidak menentu.
Keputusan yang tak terduga baru saja diterimanya dari Arsih - perempuan cantik berhidung mancung dan berkulit sawo matang yang sudah dua tahun menjadi kekasihnya. Perempuan itu – sepulangnya dari singapura setelah satu bulan menetap di negeri singa tersebut untuk suatu urusan bisnis – memutuskan hubungan kasihnya begitu saja.
Wisnu sama sekali tidak mengerti. (Bersambung)
Invitation
9 months ago
0 komentar:
Post a Comment