This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, April 25, 2012

Siapa Bilang Lulusan SMK Tak Mampu Bersaing Dengan S1?


Catatan Ella Zulaeha
Teringat pengalaman saya belasan tahun lalu saat berjuang mendapatkan pekerjaan. Saya lulusan SMK di sebuah sekolah ternama di Kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Konon kabarnya, lulusan sekolah saya ini mudah sekali mendapatkan pekerjaan karena sekolah ini sekolah terbaik pertama se Jakarta Selatan.
Pasca lulus sekolah, saya mulai memasukan surat lamaran ke berbagai perusahaan tentunya dengan penuh pengharapan bisa diterima salah satu perusahaan. Nampaknya semangat yang membara nyaris padam manakala tiga bulan berusaha namun hasilnya nihil. Saya masih tetap menjadi pengangguran. Sudah banyak perusahaan yang memanggil, namun tak ada satupun yang berhasil saya tembus.
Melihat saya yang setiap harinya hanya berdiam diri di rumah tanpa aktivitas, ibu menyarankan agar saya menambah skill. Saya pun mulai mengikuti kursus bahasa Inggris. Semangat saya untuk mencari pekerjaan mulai terpacu lagi. Saat itu melamar pekerjaan masih dengan cara mengirimkan surat via pos. Dulu internet belum  booming seperti sekarang ini. Bahkan handphone pun masih menjadi barang langka karena hanya kalangan tertentu saja yang memilikinya.
Hampir setiap hari saya membeli harian KOMPAS. Entah feeling atau karena apa, saya merasa di surat kabar harian ini banyak perusahaan besar memasang iklan guna merekrut karyawan mereka. Dalam artian surat kabar ini bukan memasang iklan kloningan. Saya pernah melihat iklan lowongan pekerjaan di surat kabar lain, saat saya datangi ternyata tempatnya berbeda seperti yang mereka iklankan.
Dengan sabar saya menyusuri baris demi baris iklan yang termuat di harian KOMPAS. Mata saya tertuju pada sebuah iklan di kolom yang tak terlalu besar. Sebuah kantor yang bergerak di bidang jasa hukum ternama di Jakarta sedang mencari seorang operator Komputer. Saat membaca persyaratannya, kantor ini ternyata lebih mengutamakan lulusan S1.
Sebenarnya saya ragu untuk memasukkan surat lamaran pada kantor hukum ini mengingat saya hanyalah lulusan SMK, sekalipun nilai ijazah saya lumayan baik. Sebenarnya bukan cuma modal nekat melamar pekerjaan tersebut. Saat di sekolah sudah dibekali dengan berbagai ketrampilan. Inilah keuntungannya bersekolah di SMK. Saya bisa mendapatkan ijazah kelulusan ujian komputer, lulus ujian mengetik listrik dan manual serta memiliki ijazah kelulusan Ujian Negara Kesekretarisan.
Akhirnya saya putuskan untuk mencoba melamar pekerjaan tersebut. Setelah menunggu selama seminggu, di pagi hari saya mendapat telepon dari Kantor tersebut. Wah, sungguh tidak menyangka ternyata berkas lamaran saya dipertimbangkan juga. Hampir setiap malam saya melakukan sholat Tahajjud, memohon kepada Tuhan agar kali ini keinginan saya untuk bisa bekerja terwujud. Saya yakin dengan ikhtiar, doa dan usaha yang maksimal, takkan ada yang sia-sia. Terlebih ibu saya yang senantiasa berdoa demi keberhasilan puterinya ini.
Hari yang dinanti itu pun tiba jua. Saat berada di kantor itu, saya melihat ada 4 orang pelamar yang juga menunggu. Kemudian saya bertanya kepada salah satu dari mereka, lulusan mana mas? Si mas itu pun menjawab, “saya lulusan S1 sebuah universitas swasta”. Degg! Jantung saya langsung berdetak cepat. S1..? waduh, bisa kalah saing kalau begini. Mendadak nyali saya ciut seketika.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya tiba giliran saya menunjukan kemampuan saya. Oleh seorang karyawan di sana, saya diminta mengetik sebuah dokumen yang banyaknya 3 lembar pada sebuah komputer. Pikir saya, kalau hanya diminta mengetik, itu perkara mudah mengingat saat di sekolah, guru mengetik saya yang super killer itu selalu mengingatkan kami agar bisa mahir mengetik dengan sistem buta 10 jari. Dalam hitungan 10 menit, saya berhasil mengetik 2 halaman dokumen tersebut. Saya pun diminta menunggu karena hasilnya akan diserahkan kepada pimpinan kantor itu.
Dengan perasaan cemas, saya dan beberapa pelamar lainnya menanti keputusan. Beberapa saat kemudian saya dipanggil masuk ke ruangan pimpinan kantor itu. Seorang laki-laki paruh baya berwajah angker sudah duduk di sana. Duuh, sepertinya bapak ini orangnya tegas dan pastinya galak! Saya mantapkan di dalam hati, saya harus berani menghadapinya.
Pak boss ini melihat hasil ketikan saya. Kemudian dia meminta saya untuk membaca sebuah akta. Hanya membaca? Wah, mudah sekali ya test-nya, pikir saya. Selesai membaca akta tersebut, pak boss tadi kemudian bertanya. Apa judul akta yang barusan saya baca, siapa nama penghadap dalam akta tersebut, apa nama perusahaan dan jabatan penghadap dalam akta tersebut. Waduuh..!! kalau tahu bakal ditanya begini, tentulah saya akan hafalkan semua yang tadi saya baca.
Saya berpikir keras berusaha mengingat kembali apa yang tadi saya baca. Bersyukur otak saya masih belum terkontaminasi dengan masalah-masalah berat. Alhasil semua pertanyaan tersebut bisa terjawab dan pak boss tadi hanya menganggukan kepala saja. Ahh… berarti jawaban saya tepat nih!
Ternyata test itu belum berakhir. Pak boss itu kemudian membacakan satu baris akta berbahasa Inggris dan saya diminta untuk menterjemahkannya. Ampun! Kalau tahu bakal di test bahasa Inggris, pastilah saya akan belajar menambah vocabulary saya! Duuh, saya jawab sekena-kenanya sajalah! Saya pun menterjemahkan kalimat yang barusan diucapkan pak boss tadi.
Hal yang tak terduga terjadi lagi. Pak boss itu mengiyakan jawaban saya dengan kata ‘tepat!’. Puji syukur padaMU ya Allah. Ternyata jawaban saya benar. Setelah test itu. saya diminta menunggu lagi di ruang depan. Beberapa pelamar lainnya yang telah lebih dulu diwawancara pak boss ternyata sudah lebih dahulu pulang. Tinggallah saya sendiri menunggu di sana.
Beberapa menit kemudian, seorang staff dari pak boss tadi meminta saya mengikutinya untuk menemui pimpinan bagian keuangan di sana, seorang perempuan paruh baya. Ibu pimpinan ini memberitahukan bahwa saya diterima bekerja di kantor itu dan saya diminta mengisi besarnya gaji yang diinginkan. Rasanya seperti mimpi di siang hari saja. Sunggguh tak mengira bahwa usaha saya kali ini berhasil! Terima kasih ya Allah. Doa saya terkabul!
Yang lebih tak terduga lagi ternyata hari itu juga saya diminta untuk langsung bekerja. Antara percaya dan tidak tapi ini nyata! Saya langsung menelpon ibu di rumah memberitahukan bahwa hari itu juga saya sudah mulai bekerja. Mendengar itu, ibu begitu senang dan lega.
Hal ini pun membuktikan bahwa lulusan SMK seperti saya ternyata mampu bersaing dengan lulusan S1. Dengan bermodalkan rasa percaya diri, doa yang kuat serta restu dari orang tua, Insya Allah kita bisa mencapai apa yang kita inginkan.
Sampai saat ini saya masih bekerja di kantor tersebut. Tak menyangka selama belasan tahun, ternyata saya betah bekerja di tempat itu padahal boss saya terkenal sekali dengan ketegasannya. Banyak rekan-rekan saya yang hanya mampu bertahan selama beberapa tahun saja.
Hal yang patut disyukuri lagi adalah dengan gaji yang saya terima setelah 2 tahun bekerja di sana, saya melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum. Tahun 1999 saya berhasil menyelesaikan kuliah S1. Setelah diwisuda, saya pun menjadi asisten boss saya. Hingga saat ini.
Sumber : lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/04/19/siapa-bilang-lulusan-smk-tak-mampu-bersaing-dengan-s1/