Sunday, December 22, 2013

VIP-kan Guru-guru Kita!

Membaca kompas tanggal 28 November 2013, ada perasaan terenyuh dan bahagia ketika membaca artikel Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina.  Judul di atas adalah judul artikel Anies Baswedan: 
“VIP-kan Guru-guru Kita”.
Artikel diawali dengan kalimat pertanyaan yang sangat terkenal dan menggugah bagi bangsa yang ingin maju dan besar. Pertanyaan tersebut berasal dari Kaisar Jepang sesudah bom atom dijatuhkan di tanah jepang.
“Berapa jumlah guru yang masih hidup?”.
Dalam artikelnya, Rektor Paramadina itu menulis bahwa pemimpin “Negeri Sakura” itu memikirkan pendidikan sebagai soal amat mendasar untuk bangkit, menang dan kuat.  Kaisar sadar bukan alam yang membuat Jepang menjadi kuat, melainkan kualitas manusianya.
Indonesia, tentu, ingin menjadi bangsa yang kuat dan besar, maka tingkatkan kualitas manusianya. Prioritaskan pendidikan! Apabila ada penggantian-penggantian kurikulum, maka kurikulum tersebut harus mampu memberikan solusi pada peningkatan kualitas manusia.
Dari informasi yang dimuat pada artikel tersebut bahwa kuantitas penduduk Indonesia di urutan keempat, tetapi dari segi kualitas di urutan ke-124 dari 187 negara. Kita harus terus bercermin!
Kita sebagai guru juga harus terus meningkatkan kualitas diri. Anies Baswedan menyatakan bahwa Guru menjadi kunci utama kualitas pendidikan. Guru merupakan ujung tombak. Kurikulum boleh sangat bagus, tetapi bakal mubazir andai disampaikan oleh guru yang diimpit sederetan masalah. Tanpa penyelesaian masalah-masalah seputar guru, kurikulum nyaris tak ada artinya.
“Guru harus sadar diri!”, demikian tulis Rektor Paramadina, “Guru pegang peran besar, mendasar, dan jangka panjang. Jika seseorang tak mau menjadi pendidik yang baik, labih baik berhenti menjadi guru”.
Ada tiga persoalan besar mengenai guru, menurut Rektor Paramadina tersebut; pertama, distribusi penempatn guru tidak merata. Kedua, kualitas guru yang tidak merata. Ketiga, kesejahteraan guru tidak memadai.
Sebagai guru, artikel tersebut merupakan kritik yang sangat membangun. Sebagai guru saya harus sadar diri! Sebagai guru saya adalah ujung tombak kualitas pendidikan.
Sebagai guru, saya sangat bahagia ketika membaca kalimat-kalimat Anies Baswedan selanjutnya pada artikel tersebut. Rektor Paramadina mengajak semua elemen bangsa membangun kesadaran kolosal untuk menghormati –tinggi-kan guru. Rektor tersebut juga mengajak semua elemen bangsa untuk mem-VIP-kan guru guru dalam semua urusan.
Anies baswedan dalam artikelnya mengajukan dua ide sederhana menunjukan rasa hormat kepada guru: jalur negara dan jalur gerakan masyarakat. Pertama, negara harus memberikan jaminan kesehatan bagi guru dan keluarganya, tanpa kecuali. Kedua, negara menyediakan jaminan pendidikan bagi anak-anak guru.
Di jalur masyarakat, Gerakan Hormat Guru harus dimulai secara kolosal. Misalnya, para pilot dan awak pesawat, gurulah yang menjadikanmu bisa “terbang”, sambutlah mereka sebagai penumpang VIP di pesawatmu, undang mereka boarding lebih awal. Contoh lain dari Gerakan Hormat Guru dapat dibaca lengkap pada artikel kompas tanggal 28 November 2013.
sebagai guru, kita juga harus sadar dan teguhkan diri sebagai pembentuk masa depan Indonesia. Jadilah guru yang inspiratif, guru yang dicintai semua anak didiknya.

Mudah-mudahan ide-ide Anies Baswedan tentang VIP-kan guru-guru kita menjadi kenyataan. Siapapun Presidennya pada 2014 nanti.  Jadikan kami sebangsa dan hormat pada guru!

0 komentar:

Post a Comment