Sunday, November 6, 2016

Wahai Guru, Mulailah Menulis!

Masih bingung mau menulis apa? Pegangan! Lho kok pegangan? Ya, pegangan. Tentunya, kita masih ingat, ketika kita bilang bingung, teman kita selalu mengatakan pegangan saja ke pohon. He…he…saya tidak bercanda! Saya serius, kalau anda bingung mau menulis apa, berpeganglah! Tapi jangan berpegangan pada pohon! Berpeganganlah pada pena atau tuts keyboard komputer! Dan mulailah menulis. Tulislah apa saja yang anda suka. Apasaja yang membuat anda bahagia dan senang, tulislah! Banyak hal menarik yang bisa anda tulis.

Jangan pikirkan tentang teori menulis. Menurut Hatim Gazali di dalam blognya http://gazali.wordpress.com/2007/11/24/catatan-7/, semakin banyak membaca tentang teori menulis, menyusun bahasa maka ia semakin bingung dan terkekang untuk menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan. Karena itulah, menurut saya; cara menulis yang paling jitu dan cepat adalah tanpa belajar tentang teori menulis. Dengan tidak tahu bagaimana tata cara menulis, seseorang bisa bebas menuangkan gagasannya sesuka hatinya. Demikan juga Alif Danya Munsyi alias Remy Sylado dalam bukunya yang berjudul “Menjadi Penulis? Siapa Takut!” mengatakan, jangan terlalu pusing bicara soal teori menulis. Benar, teori menulis itu memang penting dibaca sebagai pegangan pengetahuan. Kita percaya pula, bahwa yang menulis teori itu adalah para pandai dibidangnya. Tetapi, kalau kita hanya pandai membaca teori, atau memulai kemauan menulis dengan lebih dulu membaca teori, lantas terkungkung dengannya, boleh jadi kita tidak pernah berani memulai memegang pena untuk segera menulis.

Ingat kalimat inspiratif  yang ada dibuku Quantum Writing: Teruslah menulis. Jangan pikirkan tata bahasa, ejaan, atau struktur kalimat.

Jadi, mulailah menulis! Menulis apa saja yang anda suka! Masih bingung juga? Di dalam pikiran kita tentu banyak hal berkecamuk: ada pikiran yang membahagiakan dan ada juga pikiran-pikiran yang menyedihkan. Tulislah! Jangan tunggu pikiran-pikiran itu hengkang dan lenyap dari dalam diri kita!

Ayo, mulailah menulis!
Ersis Warmansya Abbas dalam Ersis Writing Theory mengatakan, “Tulis apa yang ada di pikiran, jangan memikirkan apa yang akan ditulis”

Kemampuan menulis seseorang memang berbeda-beda. Daya ledak dan hentaknyapun berbeda. Ismail Kusmayadi (2011) mengatakan, kemampuan menulis seseorang itu seperti sebuah petasan. Kapan pun bisa disulut. Hanya saja, ketika meledak bunyinya berbeda-beda. Ada yang berbunyi pelan karena kurang amunisi, ada juga yang menggelegar karena amunisinya banyak. Menulis merupakan ledakan pikiran seseorang yang kadar ledakannya bisa berbeda-beda.

Bagaimana supaya amunisi yang dimiliki suaranya menggelegar?
Banyak membaca. Ya, membaca apa saja. Buku, majalah, Koran, dan bahkan status-status yang ada di facebook, twiiter, dan mungkin BBM. Dengan banyak membaca maka kita memiliki banyak informasi yang dapat diolah menjadi ide sebuah tulisan atau buku. Ide buku ini, misalnya, adalah hasil dari membaca buku-buku tentang menulis. M. Fauzil Adhim dalam bukunya yang berjudul “Dunia Kata” berpendapat, sekurang-kurangnya ada tiga hal yang harus dipelajari oleh seorang penulis. Pertama, ilmu-ilmu yang dapat menguatkan jiwa, menajamkan hati, mengasah kepekaan dan membimbing ruhani. Kedua, ilmu yang berkait erat dengan apa yang akan kita tulis. Ketiga, banyaklah belajar ilmu komunikasi, termasuk psikologi komunikasi. 

Berikutnya, banyak mendengar. Ya, mendengar apa saja. Mendengarkan istri, teman, atasan, bawahan, atau siapa saja yang kita temui dalam suatu perjalanan atau di mana saja. Dengan banyak mendengar kita juga memiliki banyak informasi yang dapat diolah menjadi ide sebuah tulisan.

Lalu, apakah dengan banyak membaca dan mendengar saja sudah cukup?
Belum!
Supaya amunisi yang kita miliki bersuara menggelegar, maka kita harus banyak berlatih menulis. Berlatih terus dan terus. Bambang Trim dalam Karier Top sebagai Penulis (2011) mengatakan, niat dan hasrat saja tidak cukup untuk menopang semangat menjadi penulis professional.
Teruslah berlatih dan berlatih!

0 komentar:

Post a Comment