Monday, February 25, 2008

SEBUAH RENUNGAN


PHK masal tahun 2001 karena mendirikan serikat pekerja menjadikan saya sebagai seorang guru. Profesi guru merupakan profesi yang saya hindari ketika saya lulus dari IKIP. Alasannya klise: Gaji guru kecil!
Ternyata benar! Gaji guru memang kecil! Saya merasakan sendiri ketika menerima honor pertama sebagai guru. Mau bilang apa? Ini adalah pekerjaan saya. Ini adalah profesi baru saya: Guru! Saya harus tetap menjalaninya, walaupun dapur hanya ngebul selama 1 minggu.
Sekarang, guru adalah profesi. Sebagai sebuah profesi, guru mempunyai payung hukum berupa UU Guru dan Dosen yang mengatur hak dan kewajiban seorang guru. Walupun peraturan pemerintahnya belum keluar, niat baik pemerintah untuk membuat guru sejahtera harus dihargai.
Bagi guru berstatus PNS yang bekerja di daerah ber-APBD besar dan tingkat kepedulian terhadap pendidikan tinggi, mungkin sudah dapat menyandang ‘Guru Sejahtera’. Namun, bagi guru non PNS, predikat ‘Guru Sejahtera’ masih jauh dari harapan. Apalagi bagi guru-guru non PNS yang sudah berkeluarga dan punya anak: Hidup terasa sulit!
Tapi hidup harus terus berjalan! Kegiatan belajar mengajar harus terus berlangsung! Dapur harus terus ngebul! Hanya mengandalkan honor sebagai guru non PNS tidak mungkin! Mengandalkan niat baik pemerintah untuk membuat guru sejahtera juga tidak mungkin, karena anggaran yang dimiliki pemerintah terbatas. Lalu bagaimana? Padahal guru pun harus sejahtera seperti profesi-profesi lain.
Namun kita harus menyadari bahwa untuk sejahtera perlu kerja keras. Banyak hal bisa dilakukan untuk menjadi guru yang sejahtera tanpa mengorbankan profesionalisme sebagai guru. Hal mendasar yang harus dilakukan adalah meningkatkan kualitas sebagai guru baik dari sisi keilmuan maupun metode mengajar. Untuk meningkatkan kedua hal tersebut banyak cara murah dan sederhana yang dapat kita lakukan, yaitu:
Banyak membaca baik buku maupun Koran/majalah (jangan ditanya lagi: uang darimana untuk membeli buku/Koran/majalah). Saya pernah mengikuti seminar 1 hari, trainernya memberitahu cara membaca buku tanpa harus membeli buku. Bagaimana caranya? Gampang! Banyak-banyaklah bergaul dengan orang pintar dan mengobrollah tentang banyak hal, ambil ilmunya. Tanpa disadari kita sudah membaca buku tanpa harus membeli buku.
1. Browsing internet, banyak ilmu yang bisa kita ambil dari browsing internet. Caranyapun mudah dan murah.
2. Sharing dengan teman sejawat tentang banyak hal yang berkaitan dengan bidang keilmuan dan metode mengajar. Manfaatkan komunitas guru, seperti MGMP, untuk hal-hal yang berkaitan dengan bidang keilmuan dan metode mengajar.
Bila punya cukup uang, ikuti pelatihan-pelatihan dan seminar-seminar, terutama yang berkaitan dengan bidang keilmuan dan metode mengajar.
Dengan menjadi guru yang berkualitas berarti kita memiliki banyak potensi. Dan potensi tersebut dapat dijadikan tabungan untuk dituai di kemudian hari. Banyak tabungan berarti sejahtera. Potensi tersebut dapat kita kembangkan dengan menjadi:
1. Penulis buku
2. Penulis artikel di media massa
Sebagai guru, kita mempunyai cukup waktu (apabila tidak mengajar di banyak tempat) untuk menulis buku dan artikel di media massa. Honor yang diperoleh dari hasil membuat tulisan lumayan untuk menambah penghasilan. Apalagi kalau buku yang kita tulis menjadi buku yang best seller.
3. Tentor di lembaga bimbingan belajar
4. Guru privat
Apabila tidak menganggu tugas utama sebagai guru di sekolah, kita dapat menambah penghasilan dengan menjadi tentor di lembaga bimbingan belajar dan guru privat ke rumah-rumah. Kedua pekerjaan tersebut menghasilkan penghasilan tambahan yang lumayan.
Menurut M. Hasyim Ashari dalam bukunya yang berjudul “Siapa Bilang Jadi Guru Hidupnya Susah”, ada 3 golongan guru yang bias hidup enak, yaitu:
1. Guru yang kreatif memanfaatkan potensi diri
2. Guru yang kreatif mengelola waktu luang
3. Guru yang berani berwirausaha.
Jadi jangan takut untuk tidak sejahtera, kalau kita adalah guru yang berkualitas. Asalkan punya keinginan untuk terus belajar dan bekerja keras pasti menjadi guru yang sejahtera. Yang penting segala usaha yang dilakukan untuk sejahtera tidak menganggu tugas utama sebagai guru di sekolah. Selamat meningkatkan kualitas dan semoga sejahtera!

0 komentar:

Post a Comment