Saturday, July 18, 2020

Asking For and Giving Services


Tujuan Pembelajaran
KD. 3.27
Menerapkan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks interaksi interpersonal lisan dan tulis yang melibatkan tindakan menawarkan jasa, serta menanggapinya, sesuai dengan konteks penggunaannya. (Perhatikan unsur kebahasaan May I help you? What can I do for you? What if ...?)
Pelajari Materi Berikut dengan teliti dan ikuti intruksinya!
WARMER: WORD FINDING

The following is a list of top 10 qualities of a good friend. However, the words are written connectedly with one another. The capitalization is not correct, either. Find the ten words by reading carefully these two groups of seemingly-nonsense words from the left top down and then up to the right and down again. As an example, the first quality is trustworthy. What are the other nine qualities? Work in pairs and compete to be the quickest in finding them.
Trust               penda
Worth             blere
Yforg              spect
Iving               fulse
Loya               lfles
Lstra               ssupp
Ightf                ortiv
Orwar             enonj
Denth             udgme
Usias              ntali
Ticde              nspiring
Source: arias100.hubpages.com

VOCABULARY BUILDER
Task: Find the meanings.
Look at these words and phrases. Write down the meaning of each word and phrase!

extended family (n)
terrific (adj.) 
decorate (v)
belly (n)
get well (v)
supposed (adj.)
due date (n)
extended (v)
approaching (adj.)
destination (n)
awkwardly (adv.)


PRONUNCIATION PRACTICE
Read the following words in English and in Bahasa Indonesia. Then, record your voice by voice note!       

extended family        : /ɪk'stendɪd/  /fæməli/
fantastic                     :/fænt'æstɪk/
preparation                :/prepər'eɪʃə/
decorate                     : /'dekəreɪt/
i’d love to                   : /aɪd/  /lʌv / /tuː/
terrible                        : /t'erɪbəl/
stomach                     : /s'tʌmək/
terrific                         : /tər'ɪfɪk/
hurt                             : /hɜːrt/
due date                    : /duː/  /deɪt/
initiatives                   : /ɪn'ɪʃətɪvz/
favorite                       : /ˈfeɪvərɪt/
touring                       : /tʊrɪŋ/
concert tickets           : /'kɑːnsərt/ /'tɪkɪts/

Sumber: Buku Bahasa Inggris Kelas XII SMA/SMK/MAK/SMAK terbitan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Saturday, July 11, 2020

ENAM KUNCI PENTING MENJADI PENULIS PRODUKTIF



Sangat beruntung! Mungkin kata kata itu yang semestinya terucap dari para peserta kelas menulia via WA Grup asuhan blogger Wijaya Kusuma atau yang biasa dipanggil dengan nama Om Jay. Bagaimana tidak? Nara sumber yang selalu dihadirkan pada setiap materi selalu orang-orang yang memang berkelas dan sudah berpengalaman. Seperti pemateri malam ini, Dr. Ngainun Naim. Melihat curriculum vitae nya saja sudah membuat decak kagum. Bagaimana tidak, pria kelahiran Tulungagung, 19 Juli 1975 telah menulis banyak buku dan jurnal. Di bawah ini adalah buku buku yang ditulis oleh Dr. Ngainun Naim, yaitu: 
1.      Islam Radikal dan Deradikalisasi (2020).
2.      Aktualisasi Pemikiran Islam Multikultural (Akademia Pustaka, 2020).
3.      Literasi dari Brunei Darussalam (Akademia Pustaka, 2020).
4.      Spirit Literasi (Akademia Pustaka, 2019).
5.      Teraju (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017).
6.      Proses Kreatif Penulisan Akademik (Akademika Pustaka, 2017).
7.      Merawat Nusantara (Malang: Genius Media, 2017).
8.      Menipu Setan, Kita Waras di Zaman Edan (Jakarta: Quanta, 2015).
9.      The Power of Reading (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2013).
10.  Character Building (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012).
11.  Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi, Cet. IV (Yogyakarta: Arruzz-Media, 2008).
12.  Islam dan Pluralisme Agama (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2014).
13.  Self Development: Personal, Sosial, dan Spiritual (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2015).
14.  35 Kompasianer Merajut Indonesia (buku bersama) (Jakarta: Kompas, 2013).
15.  Merajut Kerukunan Antarumat Beragama (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2012).
16.  Pengantar Studi Islam (Yogyakarta: Gre Publishing, 2011).
17.  Sejarah Pemikiran Hukum Islam (Yogyakarta: Teras, 2009).
18.   “Resiko Menawarkan Pemikiran Liberal”, dalam Ulil Abshar-Abdalla, dkk, Islam Liberal dan Fundamental: Sebuah Pertarungan Wacana (Yogyakarta: eLSaQ, 2003).
19.  Teologi Kerukunan, Mencari Titik Temu dalam Keragaman (Yogyakarta: Teras, 2011).
20.   “Krisis dalam Dunia Pendidikan, Dimensi Kemanusiaan, dan Pengembangan Nalar Spiritual”, dalam Akhyak (ed), Meniti Jalan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003).
21.  Rekonstruksi Pendidikan Nasional, Membangun Paradigma yang Mencerahkan (Yogyakarta: Teras, 2009).
22.  Konservasi Lingkungan Berbasis Tradisi (Tulungagung: STAIN Tulungagung Press, 2011).
23.  Spirit Literasi (Tulungagung: Akademia Pustaka, 2019).
24.  Resolusi Menulis (SPN Grup, 2017).
25.  The Power of Writing (Yogyakarta: Lentera Kreasindo, 2015).
26.  Dan beberapa buku lainnya.

Bukunya banyak kan.
Jadi sangat beruntung dapat kesempatan belajar mengenai “Menulis” bersama Dr. Ngainun Naim. Dan, materi kelas menulis malam ini adalah “Mari Kita Produktif Menulis”. Para peserta kelas menulis asuhan Om Jay dapat belajar banyak bagaimana Dr. Ngainun Naim bisa produktif menulis. Pengalaman-pengalaman yang beliau sampaikan dalam kelas menulis dapat dijadikan pemicu atau trigger untuk terus bersemangat dalam menggoreskan pena atau tuts-tuts keyboard. Mari kita produktif menulis. Blogger keren, Om Jay, selalu bilang: “Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.” Mau lihat buktinya, menulislah setiap hari!.

Apa sih menulis itu?
Menulis merupakan sebuah kegiatan perekaman sebuah kejadian atau sebuah peristiwa baik berupa realita atau imaji. Perekaman sebuah kejadian atau peristiwa dalam bentuk sebuah tulisan sangat penting untuk perkembangan sebuah peradaban. Sebuah peristiwa atau kejadian yang tidak direkam atau ditulis, maka peristiwa atau kejadian tersebut akan hilang, dan generasi berikutnya tidak bisa menelusuri sebuah peristiwa atau kejadian tersebut. Padahal, boleh jadi, peristiwa tersebut sangat penting bagi keberlangsungan sebuah peradaban
Suyitno (1993:150) seperti yang dimuat di https://www.padamu.net/pengertian-menulis, mengemukakan bahwa menulis merupakan kemampuan mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca, dan dipahami orang lain.

Kemampuan Mengungkapkan Ide, Pikiran, Pengetahuan, Ilmu, dan Pengalaman Hidup
Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi. Menulis apa saja. apa saja! Pikiran yang melintas tiba tiba, pengetahuan, ilmu, atau pengalaman hidup bisa ditulis. Pokoknya tulis! Nggak punya ide! Nah, ini dia. Nggak mungkin! Nggak mungkin manusia sebagai makhluk hidup dan berakal tidak punya ide sama sekali. Pasti punya. Mau bukti? Baca kisah dibawah ini pelan-pelan:
“Alkisah. Pada suatu pagi, ada seorang laki-laki yang sedang duduk termenung seorang diri di halaman belakang rumahnya memegang perutnya. Meringis. Dilihat jam ditangannya. Waktu sudah menunjukan jam 11.45. Jam ditangannya sudah dilirik berkali-kali. Tapi istrinya belum pulang juga dari pengajian. Biasanya, sang istri tercinta sudah di rumah jam 11.00. Perutnya nggak bisa diajak kompromi. Perutnya sudah keroncongan. Tadi pagi baru sarapan bubur. Dokter bilang, jangan telat makan. Ntar maag-nya kambuh.
Laki-laki berperawakan kurus tinggi itu bergegas ke dapur. Dibukanya tudung saji. Masih ga berubah. Kosong. Dibukanya rice cooker. Nasi masih banyak. Dilihatnya brankas dapur, tempat istrinya biasanya menyimpan bumbu dapur, telor, dan sebagainya. Bumbu ada. Bawang ada. Cabe ada. Minyak goreng ada. Tiba-tiba muncul ide.
“Masak nasi goreng”, batin laki-laki itu.
(bersambung)”
Nah, bagaimana setelah membaca kisah di atas. Benar kan? Setiap kita pasti punya ide. Ketika laki-laki itu merasa lapar dan dia melihat bumbu-bumbu dapur, tiba-tiba idenya muncul. Apa idenya? Idenya adalah membuat nasi goreng. Gimana jadinya laki laki dalam kisah di atas jika tidak punya ide ketika perutnya lapar. Mungkin laki-laki tersebut masih merasa lapar sampai istrinya pulang dan memasak.
Itulah ide. Bisa muncul kapan saja dan dalam keadaan apa saja. Jadi, yakinlah bahwa setiap manusia pasti punya ide. Karena Sang Pencipta telah memberikan manusia akal untuk berfikir. Masalahnya adalah apakah setiap kita punya kemampuan yang sama untuk mengungkapkan ide menjadi sebuah tulisan atau buku. Itulah, mengapa kita sebaiknya mengikuti kelas-kelas menulis seperti kelas menulis asuhan Om Jay atau mengikuti komunitas-komunitas menulis. Salah satu alasan mengikuti kelas menulis atau komunitas menulis adalah supaya kemampuan menulis semakin terasah dan mahir.
Bagi seorang guru, kemampuan menulis adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki. Apalagi guru PNS. Idealnya, kemampuan menulis adalah sebuah keniscayaan yang harus dimiliki. Bagaimana tidak? Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PermenPANRB) No 16 Tahun 2009 Tanggal 10 November 2009, menyatakan bahwa bagi guru PNS yang akan mengusulkan kenaikan pangkatnya harus memenuhi beberapa kriteria antara lain adalah kredit point yang harus didapat dalam pengembangan diri dan karya tulis. Berdasarkan PermenPANRB No.16 tahun 2009, Bab V Pasal 11 poin C.2 menyatakan bahwa pengembangan keprofesian berkelanjutan, meliputi publikasi Ilmiah yang terdiri dari:
a)      publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal; dan
b)      publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan pedoman Guru.
Publikasi ilmiah atas hasil penelitian dan publikasi buku teks tersebut, tentunya, memerlukan kemampuan menulis.
Menurut Dr. Ngainun Naim, guru adalah kunci penting dalam dunia pendidikan. Jika guru berkualitas, besar kemungkinan kelas yang diajarnya juga berkualitas. Tapi jika gurunya kurang berkualitas, tentu hasil pembelajarannya juga kurang sesuai dengan harapan. Salah satu kunci penting peningkatan kualitas guru – menurut penulis buku “The Power of Writing” – adalah dengan membangun budaya literasi. Literasi berarti budaya membaca dan menulis. Menurut Elizabeth Sulzby “1986” sebagaimana dimuat https://sevima.com/pengertian-literasi-menurut-para-ahli-tujuan-manfaat-jenis-dan-prinsip/, literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan menulis” dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika didefinisikan secara singkat, definisi literasi yaitu kemampuan menulis dan membaca.
Guru sebagai insan profesional wajib membaca buku. Galibnya, kemauan membaca guru sudah tidak perlu diragukan lagi. Karena guru adalah sosok professional. Profesi yang memang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Maka, kemauan membaca menjadi mutlak dimiliki oleh seorang guru baik bagi yang sudah memiliki sertifikat pendidik atau belum. Membaca apa saja. Membaca buku baik bidang yang diampunya maupun bukan, koran dan majalah, informasi informasi yang ada di internet, dan bahkan status status di facebook, twitter, instagram ataupun WA.
Masih menurut Dr. Ngainun Naim, penulis buku “Spirit Literasi”, seorang guru yang mau terus membaca buku dan menulis memiliki peluang untuk semakin meningkat kualitas dirinya. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak karya yang dihasilkan, maka akan memiliki kontribusi penting bagi kemajuan pendidikan.
Secara tidak langsung, Dr. Ngainun Naim mengatakan bahwa seorang guru harus mempunyai kemampuan menulis. Kemampuan menulis erat kaitannya dengan kemauan membaca. Guru harus bisa menulis dan bahkan wajib menulis. Galibnya, ada atau tidak adanya peraturan, semua guru baik PNS maupun non PNS harus memiliki kemampuan menulis. Jangan katakan tidak memiliki bakat menulis, lalu tidak ingin menulis. Karena menulis itu bisa diasah dan dilatih. Sebagai guru, rasanya belum lengkap, kalau tidak membuat tulisan baik buku maupun artikel ilmiah.
Selanjutnya, bagaimana menjadi guru yang produktif menulis?
Dr. Ngainun Naim menyampaikan tentang “Kunci-kunci penting dalam menulis” supaya guru atau siapa pun menjadi produktif dalam menulis. Kunci itu adalah alat untuk membuka. Alat yang bisa menjadikan guru atau siapa pun produktif dalam menulis. Namun, jika sudah mengetahui kunci-kunci penting dalam menulis tidak digunakan atau dipraktekkan, kunci-kunci tersebut menjadi tidak bermanfaat dan kurang fungsional.
Apa saja kunci-kunci penting dalam menulis?
KUNCI PERTAMA ADALAH MOTIVASI.
Menurut Om.Makplus pada http://www.definisi-pengertian.com/2016/01/pengertian-motivasi-definisi-menurut-ahli.html, secara umum definisi atau pengertian motivasi dapat diartikan sebagai suatu tujuan atau pendorong, dengan tujuan sebenarnya tersebut yang menjadi daya penggerak utama bagi seseorang dalam berupaya dalam mendapatkan atau mencapai apa yang diinginkannya baik itu secara positif ataupun negatif. Adapun istilah dalam pengertian Motivasi berasal dari perkataan Bahasa Inggris yakni motivation. Namun perkataan asalnya adalah motive yang juga telah digunakan dalam Bahasa Melayu yakni kata motif yang berarti tujuan atau segala upaya untuk mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu. Secara ringkas, Selain itu, Pengertian Motivasi merupakan suatu perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang muncul adanya gejala perasaan, kejiwaan dan emosi sehingga mendorong individu untuk melakukan atau bertindak sesuatu yang disebabkan karena kebutuhan, keinginan dan tujuan.
Menurut Dr. Ngainun Naim, motivasi menulis bisa berupa;
      a)      Motivasi karir.
Bagi seorang guru, apalagi PNS, kemampuan menulis adalah keharusan. Seperti yang sudah ditulis di atas, berdasarkan peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PermenPANRB) No 16 Tahun 2009 Tanggal 10 November 2009, menyatakan bahwa bagi guru PNS yang akan mengusulkan kenaikan pangkatnya harus memenuhi beberapa kriteria antara lain adalah kredit point yang harus didapat dalam pengembangan diri dan karya tulis.
      b)      Motivasi materi.
Menulis itu menghasilkan honor. Bagi penulis yang sudah sangat terkenal, honor memang sangat berlimpah. Bukunya terus mengalami cetak ulang. Namun jumlah mereka yang beruntung dari sisi ini tidak terlalu banyak. Sebagian besar penulis justru kurang mendapatkan perhatian dari sisi materi.
      c)      Motivasi politik.
Menulis ditujukan untuk mencapai tujuan politik tertentu.
      d)      Motivasi cinta.
Menulis karena memang mencintai aktivitas menulis.
Pilihlah motivasi-motivasi tersebut. Pilih motivasi yang sangat dominan, yang menggerakan hati dan pikiran untuk mulai menulis. Motivasi di atas masih bisa ditambah. Tentunya, masih banyak motivasi menulis di luar 4 yang sudah disebutkan di atas. Namun perlu diingat bahwa apa pun motivasi yang dipilih maka akan mempengaruhi terhadap tulisan atau buku yang akan dihasilkan.

KUNCI KEDUA ADALAH MEYAKINI BAHWA MENULIS ITU ANUGERAH.
Dr. Ngainun Naim, penulis buku Resolusi Menulis, mengatakan bahwa mau dan mampu menulis itu anugerah. Banyak orang yang mau menulis tapi tidak mampu mengerjakannya. Alasannya banyak. bisa karena kesibukan atau sejuta alasan lainnya. Banyak yang sesungguhnya mampu menulis tetapi tidak mau menulis. Karena itulah bisa menulis – bagi penulis buku “The Power of Reading” – adalah  anugerah luar biasa yang harus disyukuri. Cara mensyukurinya adalah dengan terus menulis.
Kita semua pasti bisa menulis. Coba sekarang simak pengalaman menulis yang kita miliki. Jika kita adalah adalah lulusan S1, S2 atau S3 berarti kita sudah menulis ribuan halaman. Ya, ribuan halaman. Kok bisa?.
Bayangkan, saat S-1, setiap semester, kita harus membuat makalah. Paling tidak satu semester harus membuat 10 makalah. 10 halaman dikalikan 10 halaman, berarti kan sudah 100 halaman. Kemudian dikalikan 8 semester. Berarti sudah 800 halaman. Asumsinya 1000 halaman dengan laporan KKN, magang, skripsi.
Jumlah halaman pasti bertambah jika lulus S2. Total halaman yang ditulis jika sampai lulus S2 paling tidak 500 halaman. Apalagi jika sampai lulus doktor. Jumlah halaman yang telah ditulis bisa jadi di atas 2.500 halaman. Sekarang hitung berapa laporan penelitian yang harus kita buat setiap tahun. Berapa laporan pengabdian. Sudah ribuan—sekali lagi ribuan—halaman yang sudah kita tulis.
Jadi, nggak mungkin kalau tidak punya kemampuan untuk menulis. Kita pasti bisa. Arswendo bilang menulis itu gampang. Kalau masih ada yang bilang nggak bisa menulis. Sekarang mari kita urai mengapa kok masih ada yang kesulitan menulis padahal pengalaman menulisnya sudah ribuan halaman. Menurut Dr. Ngainun Naim, ada beberapa kemungkinan, yaitu:
  • Selama kuliah spesial menjadi anggota kelompok yang tidak pernah menulis makalah. Biasanya ini yang spesial membiayai foto kopi. Sekali lagi mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.
  • Tidak menulis karena dibuatkan orang lain.
  • Menulis dengan melakukan “kanibal” tulisan orang lain. Misalnya mendapatkan bahan di googe lalu dipotong sana-sini sampai berbentuk layaknya tulisan.
  • Begitu mendapatkan tugas langsung berburu referensi. Tidak berpikir apa yang harus ditulis. Begitu referensi didapatkan segera dibuka, diketik, lalu tutup. Ganti referensi berikutnya, dibuka, diketik, lalu tutup. Tugas penulis biasanya di akhir kutipan: “BERDASARKAN PAPARAN DI ATAS MAKA DAPAT DISIMPULKAN,…”
Menurut Dr. Ngainun Naim, menulis itu membuat kita menjadi berbeda dibandingkan yang lainnya. Sesederhana apa pun buku kita hasilkan itu tetap memiliki kontribusi penting. Jangan dengarkan nyinyiran yang tidak konstruktif. Selama kita terus menulis maka akan menjadikan kita sebagai makhluk yang berbeda dengan yang lainnya.

KUNCI KETIGA ADALAH MENULIS ITU MEMBERIKAN BANYAK “KEAJAIBAN” DALAM HIDUP.
Masih menurut Dr. Ngainun Naim, penulis buku Proses Kreatif Penulisan Akademik, menulis itu memberikan banyak sekali manfaat. Wijaya Kusumah atau biasa dipanggil Omjay-- seorang bloger, youtuber dan guru kita semua, mengatakan bahwa menulis setiap hari itu memberikan keajaiban dalam kehidupan. Ingatlah tagline Omjay yang sangat terkenal: “Menulislah tiap hari dan lihat keajaibannya”.
Coba kita simak apa saja bentuk keajaiban yang Omjay rasakan karena menulis.
  1.       Mendapatkan banyak materi. Karena rajin menulis, bukunya mendapatkan banyak royaliti.
  2.       Sering diundang sebagai pembicara di berbagai forum.
  3.       Memiliki banyak teman.
  4.       Bisa membeli peralatan yang dibutuhkan dalam kehidupan.
  5.       Tulisan adalah alat perekam kehidupan yang ajaib.

 KUNCI KEEMPAT: TIDAK MUDAH MENYERAH.
Jangan mudah menyerah. Jangan mudah putus asa. Pantang menyerah. Pantang mundur sebelum buku atau tulisan jadi. Itulah kunci keempat dalam menulis. Jaga semangat. Dan itu benar-benar tidak mudah. Jujur, menjaga semangat untuk tetap menulis itu sulit. Tidah mudah. Banyak godaan. Banyak tikungan. Banyak halte yang memaksa untuk selalu berhenti. Bayangkan saja. Banyak orang ingin menulis, tentu termasuk menulis buku, tetapi semangat menulisnya naik turun. Saat ikut kegiatan kepenulisan, semangat menulisnya berapi-api. Tetapi saat kembali ke dunia nyata, ke dunia kehidupan sehari-hari, semangat menulisnya perlahan-lahan memudar dan akhirnya hilang sama sekali. Saat bersemangat, menulis berlembar-lembar halaman dalam sehari terasa ringan. Saat tidak bersemangat, satu paragraf pun terasa berat sekali. Bahkan sangat mungkin berbulan-bulan tanpa menulis sama sekali. Jadi, jika berkeinginan untuk menjadi penulis, jagalah semangat. Jaga mood dan tidak mudah menyerah.
Menurut Dr. Ngainun Naim, menulis lima paragraf yang dilakukan rutin setiap hari jauh lebih baik daripada sepuluh halaman yang dilakukan tiga bulan sekali.

KUNCI KELIMA: BERJEJARING.
Menurut wikipedia, Jejaring sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilaivisiideteman, keturunan, dll. Dengan kata lain berjejaring adalah bersosialisasi dengan siapa saja. termasuk dengan sesama penulis. Berjejaring dengan komunitas menulis atau komunitas penulis untuk bisa selalu bertukar pikiran supaya wawasan berfikir menjadi bertambah dan luas. Jadi penulis jangan menepi. Menyendiri.  Memang saat sekarang kita harus menepi karena Corona, tetapi bukan berarti tidak berinteraksi. Bangun jejaring kepenulisan. Ikut kegiatan semacam ini juga dalam rangka berjejaring.

KUNCI KEENAM: MENULIS SEBANYAK-BANYAKNYA.
Menulislah setiap hari tanpa henti. Lakukan secara terus-menerus. Jika kita merasa tulisan kita tidak baik maka dengan menulis setiap hari tulisan kita lama lama akan otomatis menjadi baik. Ingat! Bisa karena biasa.
Itulah 6 kunci supaya bisa terus produktif menulis. Ingat pesan Dr. Ngainun Naim:
“jika sudah mengetahui kunci-kunci penting dalam menulis tetapi tidak digunakan atau dipraktekkan, kunci-kunci tersebut menjadi tidak bermanfaat dan kurang fungsional”.
Jadi, mulailah praktek menulis sekarang juga.

Saturday, May 2, 2020

Menciptakan Pola Belajar Efektif dari Rumah


Oleh: Ahmad Ripai
Pola belajar dari rumah berkembang dan diterapkan sejak mewabahnya virus corona di Indonesia. Sebagaimana diketahui, Virus corona pertama kali ditemukan di Wuhan, China. Menurut Wikipedia, virus corona menyebar selama kontak dekat dan oleh tetesan pernapasan yang dihasilkan ketika orang batuk atau bersin atau melalui droplet. Saat ini, virus korona telah menyebar hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, temuan pertama kasus positif corona disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 2 Maret 2020. Presiden menyampaikan bahwa ada 2 orang yang dinyatakan telah terinfeksi virus corona. Sejak temuan pertama tersebut, penyebaran virus corona di Indonesia seperti tidak terbendung. Dari hari ke hari selalu ada laporan tentang orang-orang yang terkonfirmasi positif corona. WHO pun telah menetapkan virus corona atau wabah covid 19 sebagai pandemi karena penyebarannya dari hari ke hari kian meningkat dan meluas dengan jumlah kematian 238.775 dari 3.344.274 orang terkonfirmasi postif beradsarkan data yang ditampilkan pada https://news.google.com/covid19/map?hl=id&gl=ID&ceid=ID:id per 2 Mei 2020. Dan, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BNPB tanggal 1 Mei 2020, di Indonesia ada 10.551 orang yang terkonfirmasi positif corona dengan jumlah kematian 800 orang. Penyebaran covid 19 di Indoneisa sudah menyebar di 34 provinsi yang ada.
Lalu, kapan wabah Pandemi covid 19 akan berakhir?

Tuesday, April 7, 2020

Langkah-Langkah Menulis Buku Menurut Penulis Buku "Man Jadda Wa Jadda"


 Oleh: Ahmad Ripai
Pembelajaran tentang menulis yang dilakukan secara online malam ini sangat spesial karena langsung disampaikan oleh praktisi di bidang kepenulisan, yaitu Akbar Zainudin. Akbar Zainudin, MM, MJW adalah seorang penulis buku. Pria kelahiran Banyumas tahun 1973 telah banyak menulis buku. Pria lulusan Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama UIN Jakarta telah menulis 13 buku. Sebagian besar tema buku yang ditulis oleh Akbar Zainudin adalah motivasi. Salah satu judul bukunya adalah Man Jadda Wa Jadda. Buku Man Jadda Wa Jadda ditulis pada tahun 2008 dan diterbitkan oleh penerbit buku Gramedia. Buku Man Jadda Wa Jadda membuat beliau keliling ke berbagai provinsi di Indonesia sebagai pembicara. Selain dikenal sebagai penulis buku, pria yang pernah nyantri di pondok modern Darussalam Gontor dikenal juga sebagai seorang motivator nasional, mentor menulis, dan life coach.

Penulis buku “Uktub: Panduan Menulis Buku dalam 180 Hari” yang punya hobi mengajar, menulis, jalan-jalan, dan makan menyampaikan tips-tips atau langkah-langkah menulis buku dan menerbitkan buku.  Pak Akbar, mungkin begitu sapaan beliau, menyampaikan langkah-langkah menulis buku dengan cara sederhana.  Cara tersebut beliau singkat menjadi TOJTRP.

Apa itu TOJTRP?
T” adalah langkah pertama dari proses penulisan buku.
Apa itu “T”?
Menurut penulis buku “Ketika Sukses Berawal Dari Pesantren”, “T” adalah tema. Jadi, langkah pertama yang harus dilakukan oleh calon-calon penulis – penulis buku atau apapun – adalah menentukan tema tulisan. Langkah ini sangat penting. Menurut pria yang memulai karir menulisnya sejak bangku SMA, tema akan menjadi rel yang mengikat kita dari awal tulisan hingga akhir.

Lalu temanya apa?
Tema bisa apa saja. Tentukan dan pilih sesuai dengan pasion atau minat yang calon penulis miliki. Misalnya, tema romantisme, tema pendidikan, tema petulangan, tema religius, tema motivasi dan masih banyak jenis tema lainnya. Cukup pilih satu tema yang dikuasai.

Kenapa hanya memilih satu tema?
Sebagai calon penulis pemula, pemilihan satu tema yang paling dikuasai dan diminati untuk memudahkan dalam proses penulisan supaya isi tulisan tidak berkembang kemana-mana. Sebagaimana pak Akbar Zainudin yang memilih tema motivasi untuk buku-bukunya. Setelah menjadi penulis yang cukup handal, barulah mencoba tema-tema lain yang akan digarap.

Seorang peserta penulisan bertanya: ”Assalamualaikum...mohon pencerahannya..apakah kita harus fokus pada satu TEMA atau boleh berubah..misal tema kita fokus saja tentang motivasi..pendidikan...sosial dsb..tks.”

Penulis buku “Man Jadda Wa Jadda” tersebut menjawab: “Ini tentang Branding. Kalau saya lebih suka satu tema, biar branding kita jelas. Boleh 2-3 tema, tetapi yang terkait. Kalau kita ingin dilihat sebagai ahli pendidikan, menulislah selalu tentang pendidikan. Kalau saya, adalah motivasi dan pengembangan diri, maka hampir semua tulisan saya tentang motivasi dan pengembangan diri.”
Jadi, fokuslah pada satu tema terlebih dahulu.

Lalu bagaimana mencari dan menentukan tema?
Banyak cara untuk mencari dan menentukan tema. Cara berikut ini bisa dicoba. Datanglah ke perpustakaan. Bacalah judul-judul buku yang terpajang di etalase-etalase buku. Atau, datanglah ke toko-toko buku. Bacalah judul-judul buku yang ada di rak-rak buku. Cari dan baca buku-buku yang menarik minat. Beli buku-buku tersebut. Siapa tahu, ide-ide yang ada di buku tersebut sesuai dengan minat dan pasion yang ada di kepala dan bisa menjadi tema yang akan dikembangkan menjadi buku.

Lalu apalagi?
Ikutilah komunitas menulis dan sering-seringlah sharing menulis dengan sesama calon penulis. Siapa tau dari situ muncul tema atau ide yang bisa menjadi bahan tulisan.

Berikutnya adalah “O”.
 “O” adalah langkah kedua dari proses penulisan sebuah buku.
Apa itu “O”?
“O”  adalah outline. Menurut bahasa, pengertian outline adalah kerangka, regangan, garis besar, atau guratan.

Dari pengertian outline secara bahasa dapat dikatakan bahwa outline merupakan strategi calon penulis untuk memetakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap. Jadi, outline merupakan rangkaian ide-ide atau tema-tema  yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.

Seorang calon penulis atau penulis pemula wajib membuat outline atau kerangka karangan. Mengapa?
Pak Akbar Zainudin selaku pemateri pada kelas menulis online yang dikelola Om Jay mengatakan bahwa membuat outline itu sangat penting dan bermanfaat. Ada 4 manfaat yang disampaikan oleh pemateri, yaitu:
  • Ø  Agar tulisan kita terarah.
  • Ø  Bisa buat jadwal dan target.
  • Ø  Menghindari "ngeblank" pada saat menulis.
  • Ø  Agar bukunya selesai.

Pak Akbar menyampaikan manfaat outline dengan bahasa yang sangat simpel dan jelas sehingga mudah dicerna dan dipahami. Manfaat pertama, agar tulisan kita terarah. Dengan adanya outline, seorang calon penulis dapat membuat kerangka tulisan atau garis-garis besar dari buku atau apa pun jenis tulisan yang akan ditulisnya. Misalnya, seorang calon penulis dapat memetakan kira-kira bab satu tentang apa dan bab 2 terdiri dari materi apa saja, bab dua tentang apa dan bab dua terdiri dari apa saja. Begitu seterusnya. Sampai semua bab yang akan digarap terpetakan.

Berikut ini contoh outline dari buku yang akan saya tulis:

Manfaat kedua, bisa buat jadwal dan target. Dengan adanya outline, seorang calon penulis bisa membuat jadwal dan target. kira-kira bab satu dari calon bukunya akan diselesaikan dalam berapa hari atau berapa minggu. Bab 2 juga sama. Kira-kira berapa lam bab 2 akan diselesaikan. Dibuat jadwal dan target sampai bab terakhir. Kira-kira berapa lama semua bab akan selesai. Ada jadwal. Ada target. dan, semuanya harus konsisten dilakukan.

Manfaat ketiga, menghindari “ngeblank” pada saat menulis. “ngeblank”. Ga ada ide. Mentok. Buntu. Bisa jadi, kata-kata tersebut adalah musuh hampir semua penulis. Apalagi, ketika buku atau tulisan yang sedang digarap mendekati deadline. Mungkin bisa membuat stress. Untuk penulis yang sudah berpengalaman, rasa “ngeblank”, ga ada ide, mentok, buntu, mungkin bisa segera diatasi. Lain halnya dengan calon penulis atau penulis pemula, perasaan “ngeblank” mungkin bisa berlarut-larut. Dan, ini berbahaya, karena bisa menurunkan mood atau semangat menulis. Itulah gunanya outline, untuk menghindari “ngeblank” atau ga ada ide.

Manfaat keempat, agar bukunya cepat selesai. Dengan adanya outline, maka tulisan menjadi lebih terarah. Menulis sesuai jadwal dan target sehingga rasa “ngeblank” atau ga ada ide bisa dihindari. So pasti, buku yang sedang digarap menjadi cepat selesai.
“Kalau tidak ada daftar isi, akan sulit bukunya bisa selesai”, begitu menurut Pak Akbar Zainudin.

Setelah “O” apa?
Setelah “O “ adalah “J”.
Apa itu “J”?
“J” adalah jadwal.
Langkah ketiga adalah J. Pak Akbar mengatakan seorang calon penulis atau penulis pemula wajib membuat jadwal penulisan. Dengan membuat jadwal, maka seorang calon penulis atau penulis pemula menjadi mudah untuk mengontrol dan mengevaluasi hasil tulisan sehingga tulisan atau buku yang sedang digarap menjadi cepat selesai.

Rilnya seperti apa?
Misalnya, sesuai dengan daftar isi yang sudah dibuat, ada 30 judul artikel atau plot cerita, mulailah membuat jadwal secara riil.
  • Ø  Artikel 1, 1 minggu selesai.
  • Ø  Artikel 2, 1 minggu selesai.
  • Ø  Artikel 3, 1 minggu selesai
  • Ø  Dst.

Jika jadwal tersebut dilakukan secara konsisten, maka dalam waktu 30 minggu tulisan atau buku itu akan selesai.
Nah, untuk menyelesaikan 1 artikel tersebut dalam 1 minggu, pilihlah waktu waktu terbaik dalam 1 minggu tersebut. Misalnya, setelah sholat tahajud, setelah sholat shubuh, sore, atau menjelang tidur. Pilihlah waktu waktu terbaik untuk menulis.

Menulis memang membutuhkan waktu. Seorang penulis membutuhkan waktu yang tepat untuk dapat dengan lancar dan tanpa hambatan menulis dan mengembangkan ide-idenya. Karena menulis itu membutuhkan ketenangan pikiran. Dan, waktu bagi setiap penulis itu berbeda-beda. Seorang mantan redaktur Jawa Pos pernah mengatakan bahwa menulis di sepertiga malam adalah waktu yang tepat untuk menulis. Menurutnya, menulis di sepertiga malam membuat pikiran dan gagasan meluncur dengan deras sederas air yang mengalir tanpa hambatan.

Langkah keempat adalah “T”.
Apa itu “T”?
“T” adalah Tuliskan.  Outline sudah ada, jadwal juga sudah ada. Berikutnya adalah tuliskan sesuai outline dan jadwalnya. Di sini, disiplin diri dan komitmen yang akan menentukan apakah tulisan kita akan selesai atau tidak. Tulis dan selesaikan semua judul artikel terlebih dahulu. Jangan terpaku untuk satu tulisan sampai sempurna.

Renungkan kata-kata Miftachul Huda dalam bukunya Self Publishing Kupas Tuntas Rahasia Menerbitkan Buku Sendiri berikut ini:
“Menulislah secara bebas, tentang apa saja. Biarkan kata demi kata mengalir. Jangan hakimi tentang kalimat yang anda buat sendiri. Wah, kok jelek ya, kok tidak bagus kayak tulisanya Goenawan Mohamad, apa bisa ini nanti dumuat di Koran, paham gak ya nanti orang membaca tulisan saya? Buang jauh-jauh pertanyaan-pertanyaan yang menghakimi seperti itu. Bebaskan pikiran-pikiran anda dari ketakutan-ketakutan bahwa tulisan anda jelek. Kalau anda berhasil mengusir ketakutan-ketakutan semacam itu, anda akan merasa nikmat karena memperoleh kemerdekaan yang sesungguhnya”.

Jadi, tidak perlu takut tidak bisa menulis. Asal ada kemauan, menulis itu menjadi mudah.

Seorang peserta menulis dari Gajrug, Lebak Banten mengajukan pertanyaan: bagaimana cara membuat tulisan yang menarik? karena saya sudah coba beberapa kali menulis, rasanya sangat sulit pak. Tidak seperti bapak atau om jay yg menulis itu udah ngalirrr. Dan selalu kerenn hasilnya. Jd ngilerrrr..
Pak Akbar Zainudin memberikan tipsnya. Kalau mau tulisannya menarik, jangan dibuat mendorong. Semua adalah tentang jam terbang dan latihan terus menerus.

Langkah kelima adalah R,  REVISI.
Menurut Pak Akbar, revisilah tulisan kalau semua draft tulisan sudah selesai. Jangan terpaku hanya satu judul sampai sempurna. Kalau kurang-kurang sedikit, tidak apa-apa. Tahap pertama adalah menyelesaikan semua draft buku. Tahap kedua, baru revisi. Apa saja yang direvisi?
  • Ø  Data dan informasi yang kurang.
  • Ø  Tata Bahasa
  • Ø  Gaya Tulisan. Disamakan dari awal hingga akhir.
  • Ø  Judul-judul artikel. Buatlah judul-judul yang menarik.

Ingat baik-baik. Jangan terpaku dengan satu judul artikel sampai sempurna. Selesaikan saja semua draft bukunya, apapun bentuknya. Setelah draft selesai, baru direvisi.

Langkah keenam adalah kirim ke penerbit.
Kalau semua langkah sudah dilakukan dan buku sudah jadi. Kirim buku tersebut ke penerbit. Nah, Apa yang menjadi pertimbangan penerbit?

Pertama, yang menjadi pertimbangan penerbit adalah apakah bukunya laku atau tidak. Ini menyangkut kebutuhan masyarakat pembaca. Apakah pembaca butuh buku kita? Siapa yang butuh? Berapa banyak orang yang butuh?  Buku kita menjawab kebutuhan apa? Semakin besar kebutuhan masyarakat akan buku kita, maka peluang diterbitkan semakin besar. Karena itu, sebagai penulis kita mesti memahami buku kita siapa yang akan beli, dan siapa yang kira-kira akan baca.

Kedua adalah apa yang bisa membedakan buku kita dari buku sejenis. Apa kelebihan kita dibandingkan dengan buku sejenis? Kita harus mampu menjawab pertanyaan ini. Karena hal itu yang akan menjadi pertanyaan dan juga pertimbangan penerbit.

Apakah perlu membayar kepada penerbit?
Kita tidak perlu membayar ke penerbit. Bahkan kita mendapatkan uang ROYALTI. Rata-rata royalti adalah 10% dari buku yang terjual.

Bagaimana cara mengirim naskah?
  • Ø  Naskah harus sudah jadi.
  • Ø  Diprint, dikirim dengan hard copy dan soft copy dalam bentuk CD atau Flash Disk

Berapa lama kabar naskah diterima atau ditolak?
Kabar diterima atau tidak sekitar 3 bulan.

Demikianlah langkah-langkah menulis buku menurut penulis buku “Man Jadda Wa Jadda”.

Salah satu peserta menulis online asuhan Oom Jay menyampaikan pengalamannya terkait dengan langkah-langkah menulis buku. Peserta menulis tersebut menyampaikan prosesnya dalam membuat sebuah komik. Prosesnya seperti ini:
  • Ø  Tema
  • Ø  Tokoh
  • Ø  Chapter
  • Ø  Tulis cerita
  • Ø  Story board
  • Ø  Gambar
  • Ø  Lay out
  • Ø  Colouring
  • Ø  Revisi
  • Ø  Penerbit

Semoga bermanfaat.

Powered by Blogger.

Labels

Blogger templates